Selasa, 10 Juni 2014

aspek aspek ajaran Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
            Namun pada kenyataannya, masih banyak orang yang keliru dalam menjalankan ajaran agama yang kita cinta ini. Sebagai contoh, terkadang ada seseorang yang memerintahkan kepada orang lain untuk melakukan ibadah tapi dia sendiri tidak dapat melaksanakannya. Hal ini dapat mengakibatkan buruknya generasi-generasi penerus agama Islam karena menganggap bahwa Islam itu bisa dijalankan dengan seadanya saja tanpa mempelajari terlebih dahulu. Kemudian persoalan lain dalam Islam, kita juga terkadang salah dalam mejalankan agama Islam yang sesungguhnya, misalnya ada sekelompok orang yang langsung memperaktikkan atau dengan kata lain melakukan dakwah ditengah-tengah masyarakat tanpa membenahi diri atau belajar terlebih dahulu.
            Untuk menjalankan agama Islam ini dengan baik, maka kita harus memperhatikan tiga aspek-aspek yang saling berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan diantaranya.
B.     Rumusan masalah
Apakah yang dimaksud aspek-aspek ajaran Islam?
Bagaiman hubungan aspek-aspek Islam dari yang satu ke yang lain?


























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Aspek-Aspek Ajaran Islam
Aspek dari segi bahasa biasa disebut sebagai “segi” atau “pengarah” dan secara umum kita hanya pakai “aspek” saja. Sedangkan pengertian Islam ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang Islam ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dan kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat.
Dari pengertian itu, kata Islam dekat arti kata agama yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.
Di dalam Agama Islam ada tiga aspek atau tiga bagian terpenting, yang terkait antara satu sama lain. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara tersurat maupun yang tersirat. Secara sadar maupun tidak sadar. Yaitu ajaran akidah, syariat dan akhlak. Siapa yang ingin beragama Islam atau siapa saja yang ingin melaksanakan ajaran Islam di dalam kehidupan, wajib mempelajari ketiga-tiga aspek atau bagian yang ada di dalam ajaran Islam ini. Wajib dipelajari ilmunya, diyakini, dihayati dan juga diamalkan.
Kalau satu aspek saja kita terima dan pelajari tetapi meninggalkan aspek-aspek yang lain, ia sangat cacat dan timpang. Katakanlah kita pelajari akidahnya saja serta diyakini dengan meninggalkan aspek-aspek yang lain, seolah-olah Islam itu agama yang tidak mempunyai peraturan dan peranan. Kalau syariatnya saja yang kita terima dan menolak pula aspek-aspek yang lain, Islam itu sudah seolah-olah Islam seperti ajaran ideologi. Manakala kalau akhlaknya saja diterima dengan meninggalkan aspek-aspek yang dua lagi, seolah-olah Islam itu hanya ajaran etika di dalam pergaulan atau etika kerja.
Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Aqidah, syariah dan akhlak.
1.    Aqidah
a.    Pengertian Aqidah
Menurut bahasa aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqidatun yang berarti ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah yang berarti keyakinan. Relevansi antara ‘aqadah dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Aqidah itu adalah sesuatu hal yang pertama kali diserahkan kepada Rasulullah kepada manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapan dakwah islamiyah dan merupakan seruan setiap Rasul yang diutus Oleh Allah SWT. Sedangkan dalam istilah aqidah berarti sebagai segala keyakinan yang ditetapkan oleh islam yang disertai dalil-dalil yang Qo’it (pasti) .
Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16) yang berbunyi. 
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ôs% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B . Ïôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ Ÿ@ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏôgtƒur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B .
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
Dalam surat Al-Haj juga diterangkan bahwa dengan Al-qur’anlah mereka dapat menyakini bahwa Allah adalah pemberi petunjuk bagi seluruh umatnya didalam dunia ini. Adapun arti dari ayat tersebut ialah:
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Haj: 22:54) 
Pembenahan aqidah merupakan asas dasar Dinul Islam. Tidaklah berlebihan sebab syahadat Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah merupakan rukun Islam yang pertama. Dan para rasul pertama kali menyeru kaumnya untuk membenahi akidah mereka. Sebab aqidah merupakan dasar pondasi seluruh amal ibadah dan perbuatan yang dilakukan. Tanpa pembenahan aqidah amal menjadi tiada berguna. Allah Swt berfirman.
y7Ï9ºsŒ yèd «!$# Ïöku ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏŠ$t6Ïã 4 öqs9ur (#qä.uŽõ°r& xÝÎ6yss9 Oßg÷Ztã $¨B (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan. (Al-An’am:88)
Akidah memiliki kedudukan yang sentral dan fundamental, karena menjadi dasar yang paling pokok dalam segala sesuatu di dalam ajaran Islam. Karena itu, akidah atau keimanan sangat menentukan posisi seorang Muslim. Akidahlah yang membedakan seorang Muslim dan kafir, seorang yang mengesakan Tuhan (muwahhid) dan yang menyekutukan Tuhan (musyrik). Akidah ini merupakan unsur yang paling esensial dan paling utama dalam Islam, meliputi segala hal yang bertalian dengan keimanan seorang Muslim. Karena itu di dalam Al-Quran, akidah disebut dengan istilah iman. Unsur paling penting dari akidah ialah keyakinan yang bulat dan mutlak bahwa Allah itu Esa, tidak berbilang.
Keyakinan yang bulat dan mutlak itulah yang menjadi intisari akidah Islam; yang tercermin dalam kalimat syahadah “La ilaha illallah” (Tiada Tuhan selain Allah). Dari kalimat syahadah ini kemudian melahirkan keyakinan yang mengakui adanya wujud Allah, sifat-sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, dan kekuasaan-Nya. Pokok akidah ini dengan sendirinya akan mencakup kepercayaan-kepercayan yang lain, seperti kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kebangkitan, dan takdir-Nya, seperti yang tercakup dalam rukun iman.
Kalimat syahadah itu adalah kunci pembuka bagi seseorang untuk menyatakan diri masuk Islam dan kunci penutup bagi seseorang dalam akhir hayatnya di dunia. Bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa kalimat tauhid itu menjadi kunci untuk memasuki surga: “Siapa yang menyatakan pada akhir hayatnya ‘tidak ada Tuhan selain Allah’, akan masuk surga” (HR At-Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad bin Hanbal).
Maksud dari hadits diatas, apabila di saat seseorang sedang dalam keadaan sakaratul maut dia mengucapkan “La ilaha illallah”, maka Allah akan mempermudah jalan keluarnya ruh dari dalam raganya dan menjaminnya masuk syurga.
Selain akidah, ajaran Islam mengandung aspek pokok lainnya , yaitu syariah, dan akhlak. Aspek akidah merupakan aspek yang paling pokok dalam Islam dan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan (keimanan). Akidah yang kuat akan dapat membuat syariah dan akhlak tumbuh dengan baik dan kokoh. Karena itu , akidah menjadi langkah pertama dan paling awal yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Akidah merupakan aspek yang harus dimiliki lebih dahulu sebelum yang lain-lain. Akidah itu harus bulat dan penuh, tidak ada keraguan di dalamnya. Akidah yang benar adalah akidah yang sesuai dengan keterangan-keterangan yang jelas dan tegas yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis. Akidah ini merupakan hal yang utama dan pertama yang harus ditanamkan. Untuk menjadi seorang Muslim yang sejati diperlukan tiga hal, yaitu : keyakinan kepada Allah dan rasul-Nya, perbuatan yang sesuai dengan keyakinannya, dan kesadaran akan hubungan dengan Allah.
b.     Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman, yang artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110). Dan Allah SWT juga berfirman, yang artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65).
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah SAW berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya akidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
2.    Syariah
Syari’ah dan Syir’ah adalah agama yang ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah, seperti puasa, shalat, haji, dan zakat. Kata syari’ah adalah turunan (musytaq) dari kata syir’ah yang berarti pantai (tepi laut). Allah Ta’ala berfirman,
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan syir’ah dan minhaj.” (QS. Al-Maidah:48)
Di dalam tafsir ayat ini dikatakan: Syir’ah adalah agama, sedangkan minhaj adalah jalan. Jadi “syari’ah” adalah sunnah-sunnah petunjuk yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan yang paling besar adalah masalah-masalah aqidah dan keimanan. Kata “syari’ah” seperti halnya kata “sunnah” digunakan untuk menyebut sejumlah makna:
a.       Digunakan untuk menyebut apa yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya, baik yang bersifat ilmiah (kognitif) maupun amaliyah (aplikatif).
b.      Digunakan untuk menyebut hukum-hukum yang diberikan oleh Allah kepada masing-masing Nabi agar diberlakukan secara khusus bagi masing-masing umatnya yang berbeda dengan dakwah Nabi lain, meliputi rincian ibadah dan muamalah. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa semua agama itu asalnya adalah satu, sedangkan syariatnya bermacam-macam.
c.       Terkadang juga digunakan untuk menyebut pokok-pokok keyakinan, ketaatan, dan kebajikan yang ditetapkan oleh Allah bagi seluruh Rasul-Nya, yang tidak ada perbedaan antara Nabi yang satu dengan Nabi lainnya. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa-apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa.” (QS. Asy-Syuura:13)
Dan secara khusus digunakan untuk menyebut aqidah-aqidah yang diyakini oleh Ahli Sunnah sebagai bagian dari iman. Sehingga mereka menyebut pokok-pokok keyakinan mereka dengan istilah “syari’ah”.
3.    Akhlak
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata akhlaq diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlaq walaupun terambil dari bahasa arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al-quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam al-quran surah Al-Qalam ayat 4. ayat tersebut dinilai sebagai konsederens pengankatan Nabi Muhammad Saw. Sebagai Rasul.
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qalam 68: 4).
Kata akhlaq banyak ditemukan di dalam hadist-hadist Nabi Saw. Dan salah satunya yang paling popular adalah:
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan Akhlaq yang mulia.
Bertitik tolak dari pengertian bahasa diatas, yakni akhlaq sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlaq atau kelakuan manusia sangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut menjadi salah satu argument keanekaragaman tersebut.
Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam. [Q.S. Al-Lail [92]; 4].
Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai kelakuan yang brekaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.






















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan aspek-aspek ajaran Islam ialah sesuatu yang harus terpenuhi ketikan kita menjalankan Islam dengan baik dan aspek-aspek itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Adapun aspek-aspek yang dimaksud ialah akidah, syariah dan akhlak.

Hubungan aspek yang satu dengan yang lainnya harus berentetan. Maksudnya ialah harus dimulai dengan pembenahan akidah kemudian syariah serta dilanjutkan dengan akhlak.


















DAFTAR PUSTAKA
Aziz, RS Abdullah, Drs. Dkk. 1997. Aqidah Akhlaq. Semarang: CV. Wicaksana

Abd. Aziz. 2010. Akidah, Ikatan Perjanjian Manusia dengan Tuhannya, (online), (http://abdaz.wordpress.com/2010/01/04/akidah-ikatan-perjanjian-manusia-dengan-tuhannya/ diakses 2 April 2014)

Rabbani. 2011. Pengertian-Dan-Kedudukan-Aqidah-Dalam-Islam, (online), (http://rabbani75.wordpress.com/2011/10/13. diakses 2 April 2014)